Famili bungalow

Sekali lagi: Ubud

Tadi malam saya benar2 sangat menikmati pagelaran legong dance di Ubud. Kota ini lebih dari tourism village, tapi benar2 kaya akan kelestarian culture dan seni. Nonton legong live bener2 sangat memukau, Dhea dan Dheo yg kelihatan sangat ngantuk masih bisa nonton seluruh dance.
Stl acara dance kita pulang ke `famili bungalow' jln sukma. Sebuah penginapan dengan konsep bungalow di dalam lingkungan rumah keluarga. Orang bali memang sangat ber-seni. Sentuhan art terasa disetiap sudut bangunan, bahkan terasa sangat berlebihan. Saya tak bisa bayangkan berapa banyak org bali membelanjakan untuk seni. Disini saya merasakan at home di keluarga bali dg lingkungan seni yg sangat dominan.
Perjalanan berikutnya hari ini kita akan ke Kintamani.

Ubud: the real art village

We were arrived Ubut 9pm, last night. All night activities still keep going at that time. We are surprise with this small town (village) cause of tourism atmosphere. Along street of this village are full of tourism activities; art shop, gallery, tour & travel agent, hotel/cottage, restoran & bar. 90% of them are western style. But today we found good restorant with local teste: restoran malioboro in jln hanoman 99.

Ground zero

Ini dhea dheo di ground zero legian

Religius in Bali

Pagi hari ini terasa khas karena semalam kita memang tidur di Bali. Kemarin Kita langsung menuju tabanan dan Denpasar. Tiba Denpasar sudah larut malam. Kita tidur di Nakula famili inn, lingkunganya asri, kamarnya lapang dan bersih. Berbentuk paviliun dilingkungan keluarga yg bali banget. Sampai2 kita terasa jadi org bali. Pagi hari waktu kita ke teras, melihat di pure di pojok halaman depan ada acara sembahyang. Kita ikut masuk ke pure, tidak ikut sembahyang tentu, tapi aura religiusnya ikut terasa. Beginilah bali dg desa adat yg religius.
Siang kita jalan2 ke kuta dan sekarang sedang di ground zero legian.

Cross to Bali

'Goodbye java island', kalimat ini meluncur begitu saja saat kapal penyeberangan mulai bergerak meninggalkan pelabuhan ketapang menuju Gilimanuk pulau Bali. Perjanancm hari ini sungguh sangat mengasikan. Start dari malang sekitar jam 10:30 tadi pagi, dg santai kita telusuri jalur pantai utara.
Makan siang di soto nguling memang terasa khas. Brand 'soto nguling' memang sangat legendaris. Tapi baru pertama saya rasakan sendiri makan soto nguling di nguling. Nguling mana daerah, mungkin kecamatan, di Probolinggo.
Pemberhentian kedua di Situbondo, istirahat sholat dan tentu saja ngopi he he...
Selamat datang di Bali....

Temen kerja di kantor

Pak irit dan pak yanto mejeng di tempat kerja. Temen2 ini yg sehari hari menemaniku mengisi waktu di kantor, terutama morning coffe.

Pak De Gun di rumah Malang

Pak De Gun hari ini ada tugas kantor ke SMA Kepanjen. Jadi ya nginep nya di rumah malang.
Kemarin sore datang dari jakarta dijemput mamanya Dhea di bandara. Dari bandara langsung ke Malang. Tapi mampir pandaan untuk dinner di the taman dayu . Aku dari kantor joint mereka untuk ikut dinner. Jam 9 malam baru selesai makan malam langsung ke Malang.

Dhea tidur di kereta

kereta api

Minggu jam 19:20, masih duduk di kursi kereta. Perhatianku disapa oleh announcement yg menyampaikan bahwa kereta telah akan tiba di stasiun Pasar Turi. Memang betul, sekitar 5 menit kemudian keretaku melambat… eee…. ternyata benar2 kereta ku tiba di stasiun akhir tujuan. Yup, kalimatku diatas memang ekspressi agak kaget; di karcis yang aku bawa tertera bahwa jadual keberangkatan kereta 09:30 dan jadual kedatangan kereta 19:15. Aku bukannya heran karena announcement baru di launch setelah kelewat dari 19:15. Yang membuat aku surprise adalah; ternyata keretaku hanya terlambat tidak lebih dari setengah jam. Ini prestasi luar biasa bagi angkutan darat di Indonesia! (walaupun kereta cepat di Jepang berani guarantee dalam hitungan detik).
.... ..... .... ah capek ah....nanti kita teruskan lagi bicara soal kereta yg menjadi main transportation di Swiss....

Bang Fadhil (bener or salah ya ejaannya? ) terimakasih telah dibuatkan blog ini. Katanya "SELAMAD DATANG DI DUNIA BLOG!". Tapi aku tetap tdk setuju atas tulisan di blog Bang Fadhil yg diberi judul Indonesia hancurrr......

Rumah Saya